oleh Syahrul*
Pernahkah kita membayangkan
dimana akan mati atau dalam keadaan seperti apa maut datang menjemput?, jika
pernah, anda beruntung, karena setidaknya sudah mempersiapkan diri, dan anda
termasuk orang-orang yang cerdas menurut Nabi. Semua menjadi rahasia Allah,
tidak ada satu pun yang bisa menebak. Khalid bin Walid panglima perang
terhebat, tak terkalahkan yang pernah ada pada zamannya selalu mengharapkan
kematiannya tiba di medan perang, saat mengangkat pedang, bersimbah darah
sebagai syuhada. Namun, kematian datang di atas tempat tidurnya.
Kematian tetap menjadi
rahasiaNya, manusia hanya berusaha mempersiapkan dengan sebaiknya. Mungkin
setiap kita selalu melantunkan doa meminta khusnul khatimah, akhir yang
baik. Setiap bertakziah, ucapan semoga khusnul khatimah selalu kita sampaikan
kepada keluarga yang ditinggal. Namun pernahkah kita meminta kematian yang
lebih spesifik seperti Khalid bin Walid?. Memohon kepadaNya agar dipanggil
ketika dalam keadaan shalat, pas sujud?, atau saat kita membaca al-Qur’an?,
ataukah saat bulan Ramadhan?, atau saat di kota Makkah atau Madinah?, dan lain
sebagainya. Atau sebaliknya, sengaja melupakan dan tidak meminta karena masih
belum siap?.
Teringat ceramah seorang ustad,
bahwa seseorang memang tidak mengatehui dimana dan bagaimana ia akan
menghadapNya. Namun, kita bisa menebaknya dengan melihat kehidupannya.
Perbuatan apa yang paling sering ia lakukan dan tempat apa yang paling sering
ia kunjungi?, jika hidupnya banyak diisi dengan ibadah shalat berjama’ah dan
masjid adalah tempat favoritnya, maka disekitar itulah ia akan meninggal.
Begitu pula sebaliknya. Mungkin kita sudah menyaksikan rupa-rupa kematian yang
menjumpai sanak saudara, teman dekat, atau orang lain melalu media elektronik.
Ada yang mati setelah menegak minuman oplosan, sedang berjudi, berzina, ada
pula karena kecelakaan, dan tidak sedikit yang meninggal dalam keadaan
beribadah. Dan kita berharap khusnul khatimah adalah takdir kita, bukan
sebaliknya.
Baru saja saya menyaksikan maut
menjemput seorang ibu sekaligus nenek tetangga di saat yang istimewa. Kita
mungkin iri dan berharap menjumpai hal yang sama. sebuah anugerah yang tidak
semua orang bisa mendapatkannya. Semoga kisahnya bisa menginspirasi kita semua.
Mari kita mulai!. Seorang ibu yang setia menemani suaminya hidup dalam ketaatan
kepadaNya. Kisah kedermawanannya bukan lagi rahasia bagi masyarakat sekitar. Wakaf
tanah untuk pembangunan sekolah Islam adalah salah satunya. Saat ini sekolah
yang berdiri kokoh itu telah meluluskan ribuan alumni. Menjadi ladang pahala
yang tak terputus baginya.
Anak-anaknya telah dididik dengan
baik sehingga kesuksesan dunia telah menyelimuti keluarga mereka. Kewajiban naik
haji yang membutuhkan harta telah mereka tunaikan. Masa tua yang bahagia dengan
gelek tawa anak dan cucu saat berkumpul bersama. Iri?. Namun, sang nenek dan
kakek bukanlah tipe pemalas yang lebih senang bersantai-santai dan berleha-leha
menikmati kesuksesan, meskipun keduanya bisa melakukannya. Terkadang saya yang
masih muda sering berdecak kagum melihat keduanya dengan kompak dan romantis
berangkat bersama-sama ke ladang untuk bercocok tanam, menjaga dan merawatnya
serta memanennya. Di usia dan tenaga yang tidak lagi utuh, namun semangatnya
bahkan lebih muda dari kami yang masih muda.
Bagaimana kematian menjemput sang
nenek?. Allah menghadiahkan kematian yang istimewa untuk manusia yang istimewa.
Maut menjemputnya begitu mudah, tanpa didahului dengan penyakit menahun yang tentunya
akan banyak merepotkan orang lain atau anggota keluarga. Malaikat Izrail
menjemputnya di hari yang istimewa, hari Jum’at sekaligus hari idulfitri (1436
H), setelah sebulan penuh berpuasa. Sekitar menjelang Maghrib, yang sebelumnya telah
didahului dengan silaturrahmi dan saling
memaafkan. Dan di saat semua anggota keluarga berkumpul bersama dalam
kebahagian merayakan kemenangan. sebuah akhirnya yang bahagia
Subhanallah, kita pantas untuk iri. Kembali kepadaNya dalam
keadaan suci, suci dari dosa kepada manusia, dan suci dari dosa kepada Allah. Dengan
tabungan pahala yang akan menerangi alam kuburnya. Hai jiwa
yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. masuklah ke dalam syurga-Ku.
(QS. Al-Fajr: 27-30). Teriring doa untuknya, ” Allaahummaghfirlahu,
warhamhu, wa 'aafihi, wa'fu 'anhu, wa akrim nuzuulahu, wa wassi' madkhalahu,
waghsilhu bimaa-in watsaljin wabaradin, wanaqqihi minal khathaayaa kamaa
yunaqqats tsaubul abyadhu minaddanasi, wa abdilhu daaran khairan min daarihi,
wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, waqihi fitnatal
qabri wa 'adzaabannaar.
Ya
Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah
kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburannya, cucilah
kesalahannya dengan air, es dan embun sebagaimana mencuci pakaian putih
dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah
keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, gantilah istrinya dengan isri yang
lebih baik, hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar