Assalamualaikum Warahmatullahai Wabarakatuh

Kamis, 23 Juli 2015

Kematian yang Istimewa

oleh Syahrul*


Pernahkah kita membayangkan dimana akan mati atau dalam keadaan seperti apa maut datang menjemput?, jika pernah, anda beruntung, karena setidaknya sudah mempersiapkan diri, dan anda termasuk orang-orang yang cerdas menurut Nabi. Semua menjadi rahasia Allah, tidak ada satu pun yang bisa menebak. Khalid bin Walid panglima perang terhebat, tak terkalahkan yang pernah ada pada zamannya selalu mengharapkan kematiannya tiba di medan perang, saat mengangkat pedang, bersimbah darah sebagai syuhada. Namun, kematian datang di atas tempat tidurnya.


Kematian tetap menjadi rahasiaNya, manusia hanya berusaha mempersiapkan dengan sebaiknya. Mungkin setiap kita selalu melantunkan doa meminta khusnul khatimah, akhir yang baik. Setiap bertakziah, ucapan semoga khusnul khatimah selalu kita sampaikan kepada keluarga yang ditinggal. Namun pernahkah kita meminta kematian yang lebih spesifik seperti Khalid bin Walid?. Memohon kepadaNya agar dipanggil ketika dalam keadaan shalat, pas sujud?, atau saat kita membaca al-Qur’an?, ataukah saat bulan Ramadhan?, atau saat di kota Makkah atau Madinah?, dan lain sebagainya. Atau sebaliknya, sengaja melupakan dan tidak meminta karena masih belum siap?.

Teringat ceramah seorang ustad, bahwa seseorang memang tidak mengatehui dimana dan bagaimana ia akan menghadapNya. Namun, kita bisa menebaknya dengan melihat kehidupannya. Perbuatan apa yang paling sering ia lakukan dan tempat apa yang paling sering ia kunjungi?, jika hidupnya banyak diisi dengan ibadah shalat berjama’ah dan masjid adalah tempat favoritnya, maka disekitar itulah ia akan meninggal. Begitu pula sebaliknya. Mungkin kita sudah menyaksikan rupa-rupa kematian yang menjumpai sanak saudara, teman dekat, atau orang lain melalu media elektronik. Ada yang mati setelah menegak minuman oplosan, sedang berjudi, berzina, ada pula karena kecelakaan, dan tidak sedikit yang meninggal dalam keadaan beribadah. Dan kita berharap khusnul khatimah adalah takdir kita, bukan sebaliknya.

Baru saja saya menyaksikan maut menjemput seorang ibu sekaligus nenek tetangga di saat yang istimewa. Kita mungkin iri dan berharap menjumpai hal yang sama. sebuah anugerah yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Semoga kisahnya bisa menginspirasi kita semua. Mari kita mulai!. Seorang ibu yang setia menemani suaminya hidup dalam ketaatan kepadaNya. Kisah kedermawanannya bukan lagi rahasia bagi masyarakat sekitar. Wakaf tanah untuk pembangunan sekolah Islam adalah salah satunya. Saat ini sekolah yang berdiri kokoh itu telah meluluskan ribuan alumni. Menjadi ladang pahala yang tak terputus baginya.
Anak-anaknya telah dididik dengan baik sehingga kesuksesan dunia telah menyelimuti keluarga mereka. Kewajiban naik haji yang membutuhkan harta telah mereka tunaikan. Masa tua yang bahagia dengan gelek tawa anak dan cucu saat berkumpul bersama. Iri?. Namun, sang nenek dan kakek bukanlah tipe pemalas yang lebih senang bersantai-santai dan berleha-leha menikmati kesuksesan, meskipun keduanya bisa melakukannya. Terkadang saya yang masih muda sering berdecak kagum melihat keduanya dengan kompak dan romantis berangkat bersama-sama ke ladang untuk bercocok tanam, menjaga dan merawatnya serta memanennya. Di usia dan tenaga yang tidak lagi utuh, namun semangatnya bahkan lebih muda dari kami yang masih muda.
Bagaimana kematian menjemput sang nenek?. Allah menghadiahkan kematian yang istimewa untuk manusia yang istimewa. Maut menjemputnya begitu mudah, tanpa didahului dengan penyakit menahun yang tentunya akan banyak merepotkan orang lain atau anggota keluarga. Malaikat Izrail menjemputnya di hari yang istimewa, hari Jum’at sekaligus hari idulfitri (1436 H), setelah sebulan penuh berpuasa. Sekitar menjelang Maghrib, yang sebelumnya telah didahului dengan  silaturrahmi dan saling memaafkan. Dan di saat semua anggota keluarga berkumpul bersama dalam kebahagian merayakan kemenangan. sebuah akhirnya yang bahagia
Subhanallah, kita pantas untuk iri. Kembali kepadaNya dalam keadaan suci, suci dari dosa kepada manusia, dan suci dari dosa kepada Allah. Dengan tabungan pahala yang akan menerangi alam kuburnya. Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS. Al-Fajr: 27-30). Teriring doa untuknya, ” Allaahummaghfirlahu, warhamhu, wa 'aafihi, wa'fu 'anhu, wa akrim nuzuulahu, wa wassi' madkhalahu, waghsilhu bimaa-in watsaljin wabaradin, wanaqqihi minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minaddanasi, wa abdilhu daaran khairan min daarihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, waqihi fitnatal qabri wa 'adzaabannaar.
Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia,  ampunilah kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburannya, cucilah kesalahannya dengan air, es dan embun  sebagaimana mencuci pakaian putih dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, gantilah istrinya dengan isri yang lebih baik, hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar