sewaktu kuliah, Saya memiliki teman yang tinggal bersama di di asrama pada lembaga perguruan tinggi yang berasrama. Berperawakan kurus, cukup tinggi dan
lingkar wajah yang kecil. Biasanya kami memanggilnya kang Endi. Orangnya baik
sedikit kocak dan bentuk fisik wajahnya sudah lucu, tanpa melucu pun orang akan
tertawa. Terkadang kami menjadikannya bulan-bulanan candaan. Karena kesal
bisanya ia tidak terima dan berusaha menunjukkan keseriusannya kalau ia tidak
sedang bercanda. Namun keseriusannya malah membuatnya makin lucu.
Asrama kami tidak begitu jauh dari lereng Merapi, dan tempat
kuliahnya tidak begitu jauh dari asrama. Pelajaran hari ini agak spesial karena akan
diajar oleh dosen yang juga spesial, seorang penulis yang produktif sekaligus
pimpinan tertinggi di Organisai Keagamaan dimana lembaga ini berafiliasi.
Karena udara yang dingin mewajibkan aktifitas ke “belakang”
sering terjadi. Setelah pembelajaran usai, dengan tergesa-gesa saya menuju MCK,
sempat cukup lama menahan buang air kecil selama kuliah karena terkadang malas
bolak-balik ke “belakang”. Sekilas saya
melihat kang Endi menuju MCK mendahuluiku. Begitu tiba, empat kamar mandi sudah
terisi semua.
“ah kang Endi pasti di WC ini” pikirku menebak, karena
sewaktu tiba suara grendel pintu baru dikunci. Muncul ide usil ingin ngerjain kang
Endi. Sekitar satu setengah menit kemudian, pintu yang ditempati kang Endi terdengar
suara grendel yang dibuka, dengan cepat kilat saya pegangi engsel bagian luar
kuat-kuat. Kang Endi menarik pintu daridalam, dan saya menahan dari luar.
Beberapa detik kemudian terjadilah adegang tarik menarik antara saya dan kang
Endi. Herannya Endi tidak tertawa atau komplain dengan apa yang saya lakukan. Setelah
puas, pintu kemudian saya lepas dan muncullah dibalik pintu Sang Dosen dengan
senyum yang menyeringai. Astaghfirullah, merah padam wajah saya saat itu
karena malu. “Ups.... ma... ma... maaf pak, salah kamar” Ucapku
terbata-bata, yang dibalas dengan senyuman. “Salah kamar gimana, lah ini
bukan masalah salah kamar, dasar usil” pikirku menebak makna senyuman sang
dosen.
Beberapa detik kemudian terbuka pintu WC sebelah dan
keluarlah muka lucu kang Endi. Ya Allah. “Eh kirain ente kang,” sapaku
dengan muka malu dan lucu. “Wkwkwkwkw” terbahak-bahak kang Endi sambil
memegangi perutnya mendengar ceritaku. Dari Mulut ke mulut Endi bercerita ke
sana kemari membuat riuh suasana.
Sejak itu saya menjadi bulan-bulanan karena berani-beraninya
ngerjain sang Dosen sekaligus Pimpinan tertinggi di Organisasi ini.
“Pak, ini... ini loh yang ngancingin bapak di Kamar Mandi”
goda teman-teman ketika saya berpapasan dengan sang dosen pada kuliah
selanjutnya, yang disambut dengan gerrrrrrrrrrrrrrrrrr bersama-sama. “Kurangi
nilainya pak,” “Dapat C aja,” timpal yang lain menambah riuh
suasana.
****
*berdasarkan kisah nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar