Allah menciptakan manusia bukan
tanpa tujuan yg jelas, bukan? Tidak perlu cari dalilnya dalam al-Qur'an, cukup
dg logika sederhana saja. Tujuan yg paling jelas adalah menjadi wakil Tuhan di
muka bumi, agar bumi ini menjadi tempat yang makmur dan damai. Layak huni,
minimal menjadi miniatur surga yg pernah ditempati oleh Adam as. Mengabdi dan beribadah hanya kepada-Nya juga bagian dari tujuan penciptaan
manusia. Agar manusia hidupnya selamat dan terarah maka Allah menurunkan Agama
sebagai pijakan. Ikuti agama ini dan apa yang Tuhan kehendaki maka hidupmu akan
bahagia, karena sang pemberi kebahagian berpihak kepadamu.
Bermaksiat atau menghianati kehendak-Nya hanya akan membawa pada kesengsaraan. Pasti itu. Tidak akan pernah bahagia org2 yg jauh dari kehendak Tuhannya, meskipun mungkin dilihat dari penampilan luarnya sangat wah dan aduhai. Wajah cantik, rumah gedongan, kendaraan berjejer, harta tak terhitung tapi, bila jauh dari Allah SwT, semuanya menjadi semu. Mengejar fatamorgana, hanya capek dan lelah. Mengejar kehidupan yang palsu bukan?
Tidak ada kebaikan yg didatangkan
oleh penghianatan dan kemaksiatan kepada Allah SwT selain musibah. Ini berlaku
sebaliknya, maka keberkahan turun dari langit untuk manusia-manusia dan negeri-negeri
yg bertakwa. Jangan bayangkan musibah dan bencana itu hanya berupa kehancuran
dan pemusnahan seperti topan, badai, banjir dan semacamnya. Bahkan musibah bisa
jadi menimpa kita dan hanya kita yg merasakannya.
mari kita renungkan sebuah dialog
yg terjadi antara Imam Basrah Hasan al-Bashari denga seorang laki-laki pada
suatu hari. "Sesungguhnya aku, melakukan banyak dosa. Tapi ternyata
rezeqiku tetap lancar-lancar saja. Bahkan lebih banyak dari sebelumnya."
Hasan bertanya sambil trsenyum prihatin, "Apakah semalam engkau
qiyamullail, wahai saudaraku?"
"Tidak," jawabnya keheranan. Mungkin ada logika berpikir yg tidak nyambung. Sama dengan logika kita, emang ada kaitan apa shalat dg rezeqi?
"Sesungguhnya jika Allah langsung menghukum semua makhluk yang berdosa dengan memutus rizeqinya, niscaya semua manusia di bumi ini sudah binasa. Sungguh dunia ini tak berharga di sisi Allah walau sehelai sayap nyamuk pun, maka Allah tetap memberi rizeqi, bahkan pada orang-orang kufur kepada-Nya." jelas sang Imam.
"Adapun kita orang mukmin, hukuman atas dosa adalah terputusnya kemesraan dengan Allah SwT." Jleb dan speachless.
"Tidak," jawabnya keheranan. Mungkin ada logika berpikir yg tidak nyambung. Sama dengan logika kita, emang ada kaitan apa shalat dg rezeqi?
"Sesungguhnya jika Allah langsung menghukum semua makhluk yang berdosa dengan memutus rizeqinya, niscaya semua manusia di bumi ini sudah binasa. Sungguh dunia ini tak berharga di sisi Allah walau sehelai sayap nyamuk pun, maka Allah tetap memberi rizeqi, bahkan pada orang-orang kufur kepada-Nya." jelas sang Imam.
"Adapun kita orang mukmin, hukuman atas dosa adalah terputusnya kemesraan dengan Allah SwT." Jleb dan speachless.
Dicabutnya kenikmatan ibadah juga
musibah. Jika kita merasa shalat kita menjadi sangat menjemukan, dan berjalan
biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial maka boleh jadi kita lagi banyak dosa
dan kemaksiatan. Oleh karena itu Allah mencabut kenikmatan ibadah. Begitu pula
kenikmatan berdzikir, puasa, sedekah, dan berjama'ah. Atau ketika kita merasa
berat untuk Tahajjud, Dhuha, tadarrus al-Qur'an dan rawatib bisa jadi karena
kita sedang bergelimang dengan dosa lalu Allah menegur kita dengan mencabut
kenikmatan-kenimatan ibadah tersebut. Karena bagi seorang hamba yangg shaleh
akan sangat menikmati seluruh aktifitas ibadahnya. Tidak ada kenikmatan dan kebahagian
yg lebih indah selain menghadapnya seorang hamba kepada Tuhannya mengadukan
segala gundah gulana hidupnya. Kenikmatan inilah yang dirasakan Rasul yg tdk
merasakan kelelahan meski pun kaki beliau bengkak karena lama berdiri dalam
shalatnya. Mungkin kenikmatan ini pula yg dirasakan oleh para sahabat saat
harus mengeluarkan harta yg tidak nanggung-nanggung banyaknya di jalan Allah.
Saatnya kembali! Kembali ke jati diri. Ke fitrah. Taubat!.
Bagi manusia yang dekat dengan
penciptanya tentunya ritual ibadah menjadi moment yang sangat mengasyikkan dan
ditunggu-tunggu waktunya. Namun, bagi kita yg masih senang dengan gelimangan
dosa, ibadah menjadi sesuatu yang membebani dan menjenuhkan.
Seumpama hati itu ibarat kaca/cermin dan kemaksiatan adalah setitik noda hitam maka, agar cermin tetap berfungsi dengan baik, memantulkan gambar dengan sempurna maka membersihkannya menjadi niscaya. Setiap hari. Karena semakin menumpuk kotoran dan noda semakin sulit untuk dibersihkan. Bahkan harus menggunakan cara-cara yang ekstrim.
Seumpama hati itu ibarat kaca/cermin dan kemaksiatan adalah setitik noda hitam maka, agar cermin tetap berfungsi dengan baik, memantulkan gambar dengan sempurna maka membersihkannya menjadi niscaya. Setiap hari. Karena semakin menumpuk kotoran dan noda semakin sulit untuk dibersihkan. Bahkan harus menggunakan cara-cara yang ekstrim.
Kisah Tsalabah akan lebih baik
untuk kita renungkan sebagai menu penutup tulisan ini. Tsa'labah, seorang
sahabat yg miskin. Setiap hari sehabis shalat ia langsung meninggalkan masjid
tanpa melakukan dzikir.
Kisah Tsa'labah cukup menarik
untuk kita jadikan bahan renungan mengahiri dua tulisan ini. Seperti biasa
selepas shalat Tsa'labah bergegas meninggalkan jama'ah tanpa berdzikir barang
sejenak. Hal ini terjadi cukup sering, sehingga mengundang Rasulullah untuk
bertanya. "Ada apa gerangan wahai Tsa'labah, mengapa tidak engkau
sempatkan untuk sejenak berdzikir?
"Maaf ya Rasulallah, bukan bermaksud untuk meninggalkan keutamaan dzikir tapi di rumah, saya sedang ditunggui istri. Saya hanya memiliki satu sarung yang saya gunakan berdua." Jawab Tsa'labah memelas.
"Maaf ya Rasulallah, bukan bermaksud untuk meninggalkan keutamaan dzikir tapi di rumah, saya sedang ditunggui istri. Saya hanya memiliki satu sarung yang saya gunakan berdua." Jawab Tsa'labah memelas.
Pada akhirnya, Tsa'labah memohon
kepada Nabi agar ia didoakan, dimudah rezekinya dan diangkat kemiskinannya.
Pada awalnya Rasulullah meminta kepada Tsa'labah untuk mensyukuri apa yang
sudah ada. Bersyukur lebih baik daripada meminta lebih. Karena dimintai terus,
pada akhirnya nabi menghadiahkan seekor kambing betina yang sedang bunting.
Beberapa bulan kemudian, lahir
dua anak kabing, lalu bertambah, bertambah dan terus bertambah. Sampai sesak kota Madinah karena kewalahan
menangani gembalaannya. Lama kelamaan Tsa'labah sudah jarang muncul di
masjid untuk melakukan jama'ah. Yang biasanya tertib mulai meninggalkan satu
persatu, shalat maghrib, isya, dan subuh. Tinggal Dhuhur dan Asar. Karena
semakin bertambah sibuk dengan ternaknya, Tsa'labah hanya nongol di masjid saat
Jum'atan saja. Bahkan setelah itu pun menghilang sama sekali. Sampai suatu hari
Rasulullah menanyakan perihal Tsa'labah yang sudah tidak muncul lagi
berjama'ah. Mengetahui kondisi Tsa'labah, Rasulullah mengirim utusan kepada
Tsa,'labah untuk menarik zakatnya. Namun, Tsa'labah menyangsikan utusan Rasul.
Dari sana kemudian Rasulullah menolak zakatnya sampai beliau wafat dan
diteruskan dilanjutkan oleh khalifah Usman zakat Tsa'labah ditolak.
Cerita ini saya rekam baik-baik
sekitar 20 tahun yang silam yang disampaikan oleh KH Zainuddin MZ melalui
radio2. Meskipun, beberapa ahli hadis melemahkan kisah ini namun, minimal kita
masih bisa mengambil hikmah dari sisi lainnya.
Keterbatasan kita melihat sebuah
peristiwa mengantarkan pada penilaian kacamata kuda, hanya pada kulit luarnya.
Melihat tumpukan kekuning-kuningan disangka emas. Sehingga presepsi nikmat dan
bencana menjadi kabur. Oleh karena itu salah satu akhlak yang mulia dalam Islam
adalah selalu berhusnudzan. Apa pun yang terjadi, sepahit apa pun itu tetap
positif thinking bahwa itu yang terbaik yang Allah pilihkan.
Ketika kecintaan pada dunia sudah
masuk ke dalam hati, maka sedikit demi sedikit kenikmatan ibadah dicabut.
Ketika kesibukan dunia sudah mampu mengalahkan kenikmatan ibadah di situlah
kita perlu kuatir. Masih inggat dengan ungkapan seorang ulama, "seandainya
kekhusuan ibadah bisa dijual maka saya tidak akan menjualnya meski dihargai
dengan dunia dan seisinya." Subhanallah.
Satu lagi, tanpa sengaja saya
melihat sebuah vidio yang mengharukan, pertobatan seorang anak band metal.
Berry Saint Loco. Sang fokalis menemukan hidayah dan sangat indah rasanya.
Allahlah yang menggenggam dan membolak balikkan hati manusia. Berawal dari
musibah penyiraman air keras lalu menemukan Islam sebagai agama yang sempurna,
mengantarkannya kembali ke hakikatnya sebagai manusia yang fitrah.
Dalam sebuah acara talk show ada
segmen yang membuatku sempat terharu. Saat Berry diminta memimpin dzikir,
perlahan lafadz subhanallah terasa berat, serak dan tangisan sang Metal pecah
sesegukan di lafadz ALLAH AKBAR. Allah Maha Besar. Saya terharu. Ternyata bukan
cuman saya, saat vidio ini saya tayangkan dalam sebuah acara, tidak sedikit
ibu-ibu yang meneteskan air mata.
Kita tidak bisa membohongi hati ini. Sebenarnya kita juga rindu bisa merasakan tangisan kerinduan dan kebahagian saat melafadzkan nama-nama Allah. Kerinduan itu pun kita bisa rasakan saat orang lain bisa merasakannya. Hati kita sudah lama jauh dari Allah. Hati kita sudah lama merindukan kita untuk segera kembali dan memperbaiki diri. Hati kita sudah lama capek dan lelah bersahabat dengan dosa dan kemaksiatan.
Jika saat ini kita masih biasa-biasa saja saat nama-nama Allah
disebut, hati kita tidak tergerak saat azan dikumandangkan, dan sama saja saat
ayat-ayat suci dibacakan maka, mungkin kenikmatan ibadah sedang dicabut. Mari
kita raih kembali. semoga.
MasyaAllah bagus
BalasHapus