Assalamualaikum Warahmatullahai Wabarakatuh

Selasa, 26 Januari 2016

Ketika Ibadah Tidak Nikmat lagi


Allah menciptakan manusia bukan tanpa tujuan yg jelas, bukan? Tidak perlu cari dalilnya dalam al-Qur'an, cukup dg logika sederhana saja. Tujuan yg paling jelas adalah menjadi wakil Tuhan di muka bumi, agar bumi ini menjadi tempat yang makmur dan damai. Layak huni, minimal menjadi miniatur surga yg pernah ditempati oleh Adam as. Mengabdi dan beribadah hanya kepada-Nya juga bagian dari tujuan penciptaan manusia. Agar manusia hidupnya selamat dan terarah maka Allah menurunkan Agama sebagai pijakan. Ikuti agama ini dan apa yang Tuhan kehendaki maka hidupmu akan bahagia, karena sang pemberi kebahagian berpihak kepadamu. 

Bermaksiat atau menghianati kehendak-Nya hanya akan membawa pada kesengsaraan. Pasti itu. Tidak akan pernah bahagia org2 yg jauh dari kehendak Tuhannya, meskipun mungkin dilihat dari penampilan luarnya sangat wah dan aduhai. Wajah cantik, rumah gedongan, kendaraan berjejer, harta tak terhitung tapi, bila jauh dari Allah SwT, semuanya menjadi semu. Mengejar fatamorgana, hanya capek dan lelah. Mengejar kehidupan yang palsu bukan?
Tidak ada kebaikan yg didatangkan oleh penghianatan dan kemaksiatan kepada Allah SwT selain musibah. Ini berlaku sebaliknya, maka keberkahan turun dari langit untuk manusia-manusia dan negeri-negeri yg bertakwa. Jangan bayangkan musibah dan bencana itu hanya berupa kehancuran dan pemusnahan seperti topan, badai, banjir dan semacamnya. Bahkan musibah bisa jadi menimpa kita dan hanya kita yg merasakannya.
mari kita renungkan sebuah dialog yg terjadi antara Imam Basrah Hasan al-Bashari denga seorang laki-laki pada suatu hari. "Sesungguhnya aku, melakukan banyak dosa. Tapi ternyata rezeqiku tetap lancar-lancar saja. Bahkan lebih banyak dari sebelumnya." Hasan bertanya sambil trsenyum prihatin, "Apakah semalam engkau qiyamullail, wahai saudaraku?" 
"Tidak," jawabnya keheranan. Mungkin ada logika berpikir yg tidak nyambung. Sama dengan logika kita, emang ada kaitan apa shalat dg rezeqi? 
"Sesungguhnya jika Allah langsung menghukum semua makhluk yang berdosa dengan memutus rizeqinya, niscaya semua manusia di bumi ini sudah binasa. Sungguh dunia ini tak berharga di sisi Allah walau sehelai sayap nyamuk pun, maka Allah tetap memberi rizeqi, bahkan pada orang-orang kufur kepada-Nya." jelas sang Imam.
"Adapun kita orang mukmin, hukuman atas dosa adalah terputusnya kemesraan dengan Allah SwT." Jleb dan speachless.
Dicabutnya kenikmatan ibadah juga musibah. Jika kita merasa shalat kita menjadi sangat menjemukan, dan berjalan biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial maka boleh jadi kita lagi banyak dosa dan kemaksiatan. Oleh karena itu Allah mencabut kenikmatan ibadah. Begitu pula kenikmatan berdzikir, puasa, sedekah, dan berjama'ah. Atau ketika kita merasa berat untuk Tahajjud, Dhuha, tadarrus al-Qur'an dan rawatib bisa jadi karena kita sedang bergelimang dengan dosa lalu Allah menegur kita dengan mencabut kenikmatan-kenimatan ibadah tersebut. Karena bagi seorang hamba yangg shaleh akan sangat menikmati seluruh aktifitas ibadahnya. Tidak ada kenikmatan dan kebahagian yg lebih indah selain menghadapnya seorang hamba kepada Tuhannya mengadukan segala gundah gulana hidupnya. Kenikmatan inilah yang dirasakan Rasul yg tdk merasakan kelelahan meski pun kaki beliau bengkak karena lama berdiri dalam shalatnya. Mungkin kenikmatan ini pula yg dirasakan oleh para sahabat saat harus mengeluarkan harta yg tidak nanggung-nanggung banyaknya di jalan Allah. Saatnya kembali! Kembali ke jati diri. Ke fitrah. Taubat!.
Bagi manusia yang dekat dengan penciptanya tentunya ritual ibadah menjadi moment yang sangat mengasyikkan dan ditunggu-tunggu waktunya. Namun, bagi kita yg masih senang dengan gelimangan dosa, ibadah menjadi sesuatu yang membebani dan menjenuhkan. 
Seumpama hati itu ibarat kaca/cermin dan kemaksiatan adalah setitik noda hitam maka, agar cermin tetap berfungsi dengan baik, memantulkan gambar dengan sempurna maka membersihkannya menjadi niscaya. Setiap hari. Karena semakin menumpuk kotoran dan noda semakin sulit untuk dibersihkan. Bahkan harus menggunakan cara-cara yang ekstrim.
Kisah Tsalabah akan lebih baik untuk kita renungkan sebagai menu penutup tulisan ini. Tsa'labah, seorang sahabat yg miskin. Setiap hari sehabis shalat ia langsung meninggalkan masjid tanpa melakukan dzikir. 

Kisah Tsa'labah cukup menarik untuk kita jadikan bahan renungan mengahiri dua tulisan ini. Seperti biasa selepas shalat Tsa'labah bergegas meninggalkan jama'ah tanpa berdzikir barang sejenak. Hal ini terjadi cukup sering, sehingga mengundang Rasulullah untuk bertanya. "Ada apa gerangan wahai Tsa'labah, mengapa tidak engkau sempatkan untuk sejenak berdzikir? 
"Maaf ya Rasulallah, bukan bermaksud untuk meninggalkan keutamaan dzikir tapi di rumah, saya sedang ditunggui istri. Saya hanya memiliki satu sarung yang saya gunakan berdua." Jawab Tsa'labah memelas.

Pada akhirnya, Tsa'labah memohon kepada Nabi agar ia didoakan, dimudah rezekinya dan diangkat kemiskinannya. Pada awalnya Rasulullah meminta kepada Tsa'labah untuk mensyukuri apa yang sudah ada. Bersyukur lebih baik daripada meminta lebih. Karena dimintai terus, pada akhirnya nabi menghadiahkan seekor kambing betina yang sedang bunting.

Beberapa bulan kemudian, lahir dua anak kabing, lalu bertambah, bertambah dan terus bertambah. Sampai sesak kota Madinah karena kewalahan menangani gembalaannya. Lama kelamaan Tsa'labah sudah jarang muncul di masjid untuk melakukan jama'ah. Yang biasanya tertib mulai meninggalkan satu persatu, shalat maghrib, isya, dan subuh. Tinggal Dhuhur dan Asar. Karena semakin bertambah sibuk dengan ternaknya, Tsa'labah hanya nongol di masjid saat Jum'atan saja. Bahkan setelah itu pun menghilang sama sekali. Sampai suatu hari Rasulullah menanyakan perihal Tsa'labah yang sudah tidak muncul lagi berjama'ah. Mengetahui kondisi Tsa'labah, Rasulullah mengirim utusan kepada Tsa,'labah untuk menarik zakatnya. Namun, Tsa'labah menyangsikan utusan Rasul. Dari sana kemudian Rasulullah menolak zakatnya sampai beliau wafat dan diteruskan dilanjutkan oleh khalifah Usman zakat Tsa'labah ditolak.

Cerita ini saya rekam baik-baik sekitar 20 tahun yang silam yang disampaikan oleh KH Zainuddin MZ melalui radio2. Meskipun, beberapa ahli hadis melemahkan kisah ini namun, minimal kita masih bisa mengambil hikmah dari sisi lainnya.

Keterbatasan kita melihat sebuah peristiwa mengantarkan pada penilaian kacamata kuda, hanya pada kulit luarnya. Melihat tumpukan kekuning-kuningan disangka emas. Sehingga presepsi nikmat dan bencana menjadi kabur. Oleh karena itu salah satu akhlak yang mulia dalam Islam adalah selalu berhusnudzan. Apa pun yang terjadi, sepahit apa pun itu tetap positif thinking bahwa itu yang terbaik yang Allah pilihkan.
Ketika kecintaan pada dunia sudah masuk ke dalam hati, maka sedikit demi sedikit kenikmatan ibadah dicabut. Ketika kesibukan dunia sudah mampu mengalahkan kenikmatan ibadah di situlah kita perlu kuatir. Masih inggat dengan ungkapan seorang ulama, "seandainya kekhusuan ibadah bisa dijual maka saya tidak akan menjualnya meski dihargai dengan dunia dan seisinya." Subhanallah.
Satu lagi, tanpa sengaja saya melihat sebuah vidio yang mengharukan, pertobatan seorang anak band metal. Berry Saint Loco. Sang fokalis menemukan hidayah dan sangat indah rasanya. Allahlah yang menggenggam dan membolak balikkan hati manusia. Berawal dari musibah penyiraman air keras lalu menemukan Islam sebagai agama yang sempurna, mengantarkannya kembali ke hakikatnya sebagai manusia yang fitrah.
Dalam sebuah acara talk show ada segmen yang membuatku sempat terharu. Saat Berry diminta memimpin dzikir, perlahan lafadz subhanallah terasa berat, serak dan tangisan sang Metal pecah sesegukan di lafadz ALLAH AKBAR. Allah Maha Besar. Saya terharu. Ternyata bukan cuman saya, saat vidio ini saya tayangkan dalam sebuah acara, tidak sedikit ibu-ibu yang meneteskan air mata. 

Kita tidak bisa membohongi hati ini. Sebenarnya kita juga rindu bisa merasakan tangisan kerinduan dan kebahagian saat melafadzkan nama-nama Allah. Kerinduan itu pun kita bisa rasakan saat orang lain bisa merasakannya. Hati kita sudah lama jauh dari Allah. Hati kita sudah lama merindukan kita untuk segera kembali dan memperbaiki diri. Hati kita sudah lama capek dan lelah bersahabat dengan dosa dan kemaksiatan.
Jika saat ini kita masih biasa-biasa saja saat nama-nama Allah disebut, hati kita tidak tergerak saat azan dikumandangkan, dan sama saja saat ayat-ayat suci dibacakan maka, mungkin kenikmatan ibadah sedang dicabut. Mari kita raih kembali. semoga.

1 komentar: