oleh Syahrul*
Memperingati kemerdekaan pada dasarnya adalah mengenang para
pahlawan kemerdekaan. Indonesia adalah negeri para pahlawan. Kemerdekaan yang
diraih oleh bangsa ini tidak pernah lepas dari cucuran keringat darah para
pejuang kemerdekaan yang membasahi bumi pertiwi. Merdeka atau mati adalah
semboyang yang mampu menggetarkan nyali serta menghancurkan tank-tank tempur
para penjajah. Kini jasad mereka telah lebur kembali menjadi tanah, namun
jasanya tetap terkenang sepanjang sejarah, ruh mereka hidup dengan bahagia
disisi TuhanNya sebagai syuhada. Sebuah balasan yang setimpal.
Berbicara tentang kepahlawanan adalah berbicara tentang keberanian,
perjuangan, kegigihan dan pengorbanan. Maka pahlawan dalam pengertian luas
bukan hanya berbicara tentang mereka yang telah gugur membela negera ini, namun
juga berbicara tentang orang-orang yang berjasa dalam hidup kita. Setiap kita
memiliki pahlawan dalam kehidupan ini yang selalu menguatkan disaat lemah,
membatu disaat membutuhkan, bersabar disaat menerima kenyataan yang pahit, dan berkorban
disaat tidak ada pilihan. Mereka adalah pahlawan yang nyata yang mungkin masih
kita saksikan hidup bersama kita.
Pada tulisan ini izinkan saya sedikit mengenang jasa
pahlawan-pahlawan kehidupan yang mungkin saja ada yang sama pada sisi-sisi
tertentu dari pembaca. Meskipun mungkin jasa mereka tidak bisa terbalaskan
dengan sanjungan dan pujian apalagi dengan lembaran rupiah, namun tulisan yang
sederhana ini setidaknya sebagai oase di padang sahara kebajikan mereka. Mereka
adalah 4 perempuan perkasa.
1.
Ibuku
Perempuan ini bersuamikan seorang pekerja keras sekaligus
berkarakter keras dalam keluarga. Hidup dengan suami yang tidak pernah beruntung dalam ekonomi, tidak
pernah menetap di satu tempat, mengembara mencarai sesuap nasi. Sampai hari tua
yang seharusnya sudah menikmati hasil jerih payah bertahun-tahun, santai dengan
anak cucu dalam rumah yang nyaman nan asri, namun sang suami belum mampu
membuatkannya rumah. Ya beliau adalah ibuku sampai tulisan ini dibuat beliau sedang
bergulat menghadapi penyakit gula yang kronis dan tinggal di rumah anaknya.
Saya adalah anak ke-7 dari sepuluh bersaudara dengan hidup yang
sangat pas-pasan, untuk tidak dikatakan sangat miskin. Ayah sangat menentang
program KB, setiap mendengar kalimat KB maka akan keluar sumpah serapah pada
pelakunya sebagai penghianat agama dan pembunuh anak turunan. Sungguh hidup
berpindah-pindah tanpa kejelasan masa depan dengan sepuluh anak dengan karakter
suami yang keras bukanlah hidup yang mudah. Tidak semua orang bisa setia dan
menerima kenyataan garis kehidupan seperti ini.
Melahirkan dan membesarkan empat anak laki-laki dan enam perempuan
serta setia melayani suami dijalani ibu dengan sabar dan penuh cinta. Ibu
bukanlah seorang sarjana apalagi ilmuan atau ustadzah yang memahami ribuan
teori tentang parenting dan kesabaran. Ibu hanya seorang perempuan yang belum
tamat sekolah dasar sudah dilamar oleh pria yang juga hanya tamatan sekolah
menengah pertama (SMP). Setelah dinyatakan lulus, pernikah dilangsungkan dengan
pria yang umurnya sepuluh tahun lebih tua. Belum pernah kami sebagai anak
mendengarkan keluhan kekecewaan terhadap kami dan takdir garis hidupnya.
Tidak akan cukup berlembar-lembar tulisan melukiskan kisah hidup
pahlawan pertama dalam hidupku ini, namun beliau adalah wanita perkasa yang
pernah saya jumpai. Setelah menikah dan memiliki dua anak, ketakjuban saya
semakin bertambah kepada ibu. Sungguh mengurus keluarga, mendamaikan dua anak
yang berbeda-beda karakter dan kemauannya bukan perkara ringan. Sungguh beliau
mampu mendidik kami dengan sepuluh karakter dan kemauan yang berbeda ditambah
jarak usia satu dengan yang lain sangat dempet. Teriamakasih pahlawanku,
terimakasih ibu, semoga Allah membalas semua usahamu dengan balasan yang
setimpal. Warhamhuma kama rabbayani shagira.
2.
Kakakku
Dia adalah wanita yang sejak kecil diajari arti kemandirian. Setiap
keadaan sulit dan mengharuskan ada yang berkorban beliau selalu siap
menjalankannya. Seperti saat beliau harus ditinggal dan dititipkan di rumah
tetangga karena harus menyelesaikan sekolah dasarnya, sementara ibu dan ayah
harus meninggalkan tempat tersebut dan mencari kehidupan yang lebih baik di
tempat yang lain. Sama halnya ketika beliau harus masuk panti asuhan berbasis
pondok pesantren dan belajar di sana selama enam tahun. Tidak ada kata tidak
dalam hidupnya.
Beliau adalah tipe kakak yang sangat peduli dengan adik-adiknya,
khususnya saya pribadi. Beliau siap menjadi bumper bagi adik-adiknya. Dalam hal
bantuan materi beliau tidak pernah menolak untuk membantu selama masih bisa
diusahakan. Saat saya kuliah dan sangat membutuhkan alat penunjang pembelajar
dengan harga yang cukup mahal, beliaulah menjadi tumpuan pertamaku, meskipun
saya sangat tahu beliau pun tidak dalam berkecukupan namun, mengiyakan adalah
hobinya membahagiakan kami.
Diusianya yang tidak lagi muda beliau memilih untuk mengabdikan
diri menjaga, mengurus dan membiayai pengobatan ibu. Memiliki konveksi pribadi,
dengan penghasilan lebih dari cukup dibandingkan gadis-gadis seusianya. Usaha
yang dirintis dari nol dan dengan kerja keras tanpa lelah, jam 02.00 dini hari terkadang
saya masih mendengarkan suara mesin jahit beradu dengan kain yang dipintalt,
tidur hanya sekitar 4 jam setiap harinya. Sampai saat ini beliau masih menjadi
menjadi bendahara handalku, tiket pulang-pergi Jogja-Makassar, baju-baju baru,
pun tempat piutang bisa diandalkan masih mengucur dengan deras dari pahlawan
perempaun perkasa ini.
3.
Istriku
Selalu saja habis kata-kata, tangan terhenti menekan tuts keyboard
komputer setiap saya ingin menceritakan
kisah pahlawanku yang satu ini. Sungguh tak mampu untuk diceritakan dengan kata
dan tulisan. Terlahir dari keluarga yang terhormat, dengan wajah yang ayu
dibalut busana muslimah yang selalu serasi (matching) dan syar’i, aktivis
organisasi dan tentunya mahasiswa yang berprestasi dengan IPK yang hampir
sempurna. serasa mimpi bisa menikah dengannya, bila dibandingkan kondisi saya
saat itu. Seorang perantau dari negeri antah barantah bagi sebagian orang Jawa,
yang belajar hanya mengandalkan beasiswa dengan kisah mengharu biru. Seluruh kisah
hidupnya selalu bertolak belakang dengan kisah hidupku. Hanya satu yang sama, kami
sama-sama memiliki Allah sebagai Tuhan. Ya, Agamalah yang menyatukan kami.
Ada ungkapan yang cukup lama baru bisa saya mengerti setelah
menikah, bahwa laki-laki yang hebat selalu ada perempuan yang hebat
dibelakangnya. Istrikulah yang mengajarinya. Saat belum menikah saya adalah
seorang laki-laki atau mahasiswa yang tidak “terurus” dengan baik. Banyak
hal-hal yang berkaitan dengan penampilan tidak begitu menjadi perhatianku, khusunya
dalam berbusana. Menyetrika baju hanya saat akan digunakan, terkadang antara
atasan dan bawahan tidak serasi, baju-baju olah raga mungkin jarang disetlika,
pokonya semau-maunya. Padahal kata Om Mario Teguh penampilan bagi anak muda
adalah 90 persen dari keberhasilan dan kesuksesan. Hari ini, istriku telah
menyulapku untuk selalu tampil prima baik luarnya maupun dalamnya (inner
beauty).
Yang tidak kalah pentingnya dan mungkin yang terpenting adalah
kesabarannya menerima dan memahami anak rantau ini dengan karakter yang keras
dari budaya dan pendidikan keluarga yang keras, pun mendidikku untuk menjadi
seorang ayah yang baik bagi anak-anak. Dengan latar belakang kehidupan yang
kontras sungguh sangat tidak mudah untuk tetap bertahan. Apalagi beliau
memiliki banyak pilihan untuk menolak lamaran saya yang semuanya benar secara
agama. Namun karena agama pula yang melandasi hubungan ini, maka meskipun
sekiranya itu salah Allah yang akan meluruskannya.
4.
Putriku
Gadis kecil ini lahir sebagai anugrah Tuhan yang tak ternilai
dengan apa pun. Dengannya hidupku berubah lebih baik, lebih memahami apa itu
kesabaran, apa itu cinta, apa itu kasih sayang. Renggekan manjanya, ocehannya,
senyumannya bahkan tangisnya selalu saja merdu untuk selalu dirindu. Seharian
bekerja dengan peluh bercucuran dan pikiran yang kusut selalu saja pecah dan lenyap
seketika saat menatap wajahnya tertidur pulas dalam kepolosan.
Selalu saja gadis kecil ini menghadirkan kejutan-kejutan setiap
harinya. Kemampuannya berbicara dan berjalan lebih cepat dari anak seusianya.
Diumur tiga tahun ia sudah mampu memahami arti kesabaran, terkadang celotehan keluar
dari bibir mungilnya, “Ummi yang sabar ya, adek kan masih kecil.” Saat kebanyakan
orangtua bingungan dan putus asa mengajak dan memaksa anaknya melaksankan
kewajiban shalat, Raisa sudah terbiasa melaksakan shalat tanpa disuruh. Diusia
empat tahun gadis kecil ini sudah mampu membaca dengan cukup baik dan yang tak
kalah pentingnya kemampuan membaca al-Qur’an sudah sangat mumpuni bahkan dibandingkan
anak-anak kelas sembilan sekolah menengah.
Di tengah tumbuh kembangnya seperti anak-anak pada umumnya yang
terkadang muncul prilaku dan tindakan yang “menjengkal” bagi kami yang
belum mampu memahami ekspresi kecerdasan seorang anak. optimisme, mimpi-mimpi
besar, dan masa depan yang lebih baik selalu saja muncul diwajahnya yang
mungil. Meskipun mengidap penyakit bronchitis yang terkadang memaksanya
untuk batuk dan muntah seharian setiap terpapar udara dingin namun, tidak
sedikitpun keluar dari bibirnya keluh kesah menyalahkan Tuhan dan keadaannya.
Bahkan tetap semangat untuk memaksa kami melayani semangat belajarnya. Terima
kasih pahlawan kecilku, dirimu membuatku banyak berubah dan menjadi ayah yang
baik. Senyummu mengalihkan duniaku.
*Syahrul adalah
nama pemberian orangtuaku 29 tahun yang silam. Sempat diprotes oleh guru bahasa
Arabku karena nama ini tidak sesuai dengan tata bahasa Arab yang baik. Nama ini
bisa diartikan sebagai bulan, dengan harapan pemilik nama ini menjadi
bulan bagi kehidupan manusia. Menerangi kehidupan malam yang gelap gulita,
terkadang menyeramkan menjadi indah nan romantis bagi para pecinta. Semoga.
Menjadi
pendidik adalah panggilan jiwa, meskipun jauh dari sorotan kamera dan
gelimangan harta dan popularitas. Menjadi penulis adalah mimpi yang masih terus
menggelora dan tak akan berhenti mencari muaranya. Dengan satu istri dan dua
anak yang lucu-lucu, penulis selalu merasa sebagai orang yang sangat bahagia di
dunia ini. Tinggal di lerengan Gunung Merapi yang kokoh berdiri menyimpan
sejuta kenangan dan misteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar