rehat sejenak untuk sesi kedua |
“… kamu saya tunjuk mewakili MSI untuk mengikuti konferensi internasional…” SMS ini menggetarkan nyali ketertarikanku pada dunia internasional, sekaligus menciutkan hatiku. Kebayang deh, bahasa Inggrisku yang jauh dari mumpuni. SMS ini lalu mengantarkanku bertemu Dr. Arif, “hemm,, Sir, I’am sorry, do you believe me to take this conference ? as you know I’m not good enough?”, “heheh,, take it easy! Remember..!, the chance never comes twice”. Kalimat ini mengunci mulut sekaligus keraguanku. Tidak ada pilihan, no choice, face it. “siapkan paper/article dalam bahasa Inggris antara 5000-1000 words, yang berkaitan dengan penelitian yang pernah kamu lakukan”, harus aku siapkan dalam kurun waktu 2 minggu. Deadline 30 Desember 2013.
Mulailah aku berjibaku membuka kembali penelitian 2 tahun yang lalu, meng-edit sana sini, mengurangi sekaligus menambah informasi dan referensi2 yang terbaru. Kamus,computer, internet, dan google translator, mengisi hidupku dan mereka bahkan dating menggodaku dalam mimpi-mimpi. Hehehe lebay ala sinetron. Akhirnya muncul ngerjap-ngerjab di layar sebuah judul yang membuatku tersenyum simpul. Damn, “Character Education in Islamic Education values perspective, and Islamic values in the Land of Five Tower Novel”.
Kajian yang mencoba melihat pendidikan karakter yang saat ini menjadi hot issue pada dunia pendidikan di Indonesia. Apakah hanya sekedar budaya latah, pendidikan karakter, karakter, dan karakter tanpa tahu nilai dan subtansinya. Selanjutnya, nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Negeri 5 Menara digali dan pertemukan relevansinya dengan pendidikan karakter. Akhirnya, di malam tahun baru, setelah seharian tidak menggeserkan mata dari layar computer sampai seppet, dengan membaca bismillah, diiringi letusan-letusan kembang api tanda mengahiri dan menyambut tahun yang baru paper terkirim. Send. Mission complete? Not yet.
The First Asean Postgraduate Research Conference
“Improving Human Live”
Yogyakarta, January 17, 2014
The cooperation is jointly organized by Postgraduate College,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Indonesia And
Postgraduate College, Khon Kaen University (KKU), Thailand
Terkadang mental menjadi sangat penting. Baru bisa aku cerna perkataan Indra Safri (pelatih Timnas U 19) bahwa pertarungan kita denga Malaysia adalah pertarungan mental. Istilah Amien Rais “mental inlander”, muncul mental ciut katika para dosen dan mahasiswa Thailand mulai berdatangan. Cas cis cus mulai terdengar ramai di ruang registrasi (lt. 5 AR Fachruddin A), jeprat jepret bliz kamera sekali-kali berkelebat. Di sudut ruangan aku mengotak-atik computer dengan tegang, informasinya bahwa emailku telah dibalas, di sana ada panduan konferensinya, sementara semalam tidak sempat untuk OL. Katanya sih waktuku cumin 10 menit untuk memaparkan paperku dan 5 menit Tanya jawab. Sementara slide ku, terlu banyak. duh, harus dikurangi, but the time is not right. Tegang!.
Session I, diisi oleh para dosen dari kedua universitas. Ruang siding masih cukup ramai oleh dosen dan mahasiswa dari kedua universitas ditambah partisipan yang lain. Cukup menarik, ada yang bisa saya pahami dengan baik ada pula yang tidak sama sekali. Jangan takut berbahasa Inggris karena ia bukan bahasamu. Dr. Zuly Qadir, ya,, nama yang hanya saya kenal dalam buku-bukunya, termasuk pembicara dalam session pertama. Ada yang lucu sekaligus menginspirasiku. Menurutku kemampuan berbahasa inggrisnya ngak baik-baik amat, tapi dengan gayanya yang pede dan dengan suaranya yang khas membuat ruangan konferensi jauh dari tegang. Soalnya, body language lebih banyak mengartikulasikan maksudnya daripada bahasanya. “Hemm,, ini Doktor loh, PD?, masa kamu tidak?, pun jika salah mereka pasti lebih mafhum.” Gumamku dalam hati berapologis. Meskipun tegang lagi setelah Bi Chuenchen mahasiswa UKK dari China, karena sungguh bahasa inggrisnya excellent.
Yang membuatku berbangga adalah paperku dimuat dalam sebuah buku dengan judul The First Asean Postgraduate Research Conference “Improving Human Live” bersama dengan semua makalah pemateri dari kedua universitas. Bukan karena tulisanku bagus, atau layak untuk dimuat. tetapi, paper itu sejajar, dan bersanding dalam satu buku dengan tulisan-tulisan sekaliber Nurwanto, M.Ed, Dr. Zuly Qodir, prof. Somnuek Panyasing (UKK), Bi Chuenchen (UKK). Itu semua lebih dari cukup untuk memupuk kepercayaan diri dan mencambuk kemalasan diri untuk tidak menulis lagi, dan menelurkan karya-karya yang lain. Thank Mr. Arif, it’s my first Chance that never be Forgotten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar