Assalamualaikum Warahmatullahai Wabarakatuh

Rabu, 25 Maret 2015

SARJANA INGIN MENULIS



A.     Sebuah Kegalauan

Dari beberapa penelitian yang terpublikasikan menunjukkan bangsa Indonesia yang kita cintai ini menduduki peringkat cukup rendah budaya membacanya dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Budaya verbalistik masih dominan di negeri ini, berdebat dan mengobrol terkadang mampu lakukan dalam durasi yang cukup panjang. Rendah membaca berkorelasi positif dengan menulis. Dunia pendidikan yang sangat dekat dengan aktivitas membaca dan menulis pun tidak mampu melahirkan karya-karya tulis yang kreatif. Dalam hal penerbitan buku untuk setiap tahunnya Indonesia tertinggal jauh oleh Malaysia.


Peradaban Islam adalah peradaban ilmu yang mampu membawa kemajuan dan pencapaian yang gemilang bagi manusia. Kejayaan Islam masih bisa kita saksikan dari apa yang mereka tinggalkan. Ribuan karya ulama-ulama terdahulu masih bisa kita pelajari dan baca hingga hari ini dan entah sampai kapan. Nama-nama seperti Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Imam Bukhari, Muslim dan masih banyak lagi, masih sangat akrab di telinga kita, seolah-olah meraka masih hidup dan berdiskusi dengan kita, padahal, meraka telah meninggal ratusan tahun yang silam, yang bisa jadi jasad mereka sudah menyatu dengan tanah. Adagium mengatakan, jika mau panjang umur maka menulislah. Fakta.

Rahasia kesuksesan peradaban Islam tidak bisa dilepaskan dari ajaran Islam itu sendiri. Lima belas abad yang silam, ketika Arab Jahiliyah masih berkecimpung dalam perang saudara, ayat yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca (al-‘Alaq 1-5).

Dakwah merupakan perintah wajib agama Islam, seberapa pun yang diketahui wajib untuk disampaikan. Balligh ‘anni walau ayah. Dakwah tidaklah identik dengan ceramah-ceramah di mimbar-mimbar. Salah satu bentuk dakwah adalah dengan pena (bil qalam), melalui tulisan. Untuk saat ini, saat manusia sibuk di berbagai rutinitas pekerjaan sehingga kesempatan duduk mendengarkan pesan ilahiyah menjadi perkara yang tidak mudah. Dakwah bil lisan juga memiliki keterbatasan waktu dan ruang.

Sebagai sarjana pendidikan agama Islam sekaligus seorang dai, saya selalu dihantui perasaan untuk juga bisa menulis dan berdakwah lewat literasi. Sangat disayangkan banyak dai-dai yang tidak meninggalkan tulisan sebelum mereka meninggal dunia. Namu, setiap kali ingin menulis, perasaan takut, tidak mampu dan minder selalu lebih dominan mengusai.

B.     Memecah kebuntuan

Meskipun saya termasuk orang yang sangat rajin membaca sejak sekolah dasar namun, ketertarikan dalam dunia tulis menulis baru mulai tumbuh dan tertantang sejak kuliyah di Jogjakarta. Mulailah kemudian saya membaca buku-buku kepenulisan, latihan menulis, dan diskusi dengan teman namun, tak satu pun tulisan lahir. Satu-dua tulisan memang sempat selesai namun hanya menjadi koleksi pribadi dalam file, setelah itu malas.
 
Memulai menulis adalah momok yang selalu hadir setiap akan memulai menggerakkan pena atau menekan tuts-tuts keyboard komputer. Seperti ada berton-ton beban bergelayutan di tangan. Ide-ide berkelebat dan bersiliweran liar, namun  tak satu pun mampir dan menjadi kata pembuka. Diam. Lalu, terdengar suara memanggil atau ribut-ribut yang membuyarkan dan mengakhiri semuanya. Begitu dan seterusnya.

Selain memulai, masalah kedua adalah kegelisahan bahasa. Setiap setelah menggoreskan beberapa kalimat, kembali lagi melirik dan membaca, ups, kurang enak, nggak pas, ah kurang mutu, pemborosan kata, kualitas SD dll. berkelindangan dan menggerakkan tangan menekan tuts backpace. Maju mundur sampai tak satupun alinea/paragraf tercipta. Akhirnya, hanya beberapa paragraf tercipta dalam satu ide yang belum utuh dan menjadi file yang hanya tersave di komputer, lalu? Tak terselesaikan dan terlupakan oleh kesibukan rutinitas sehari-hari. End.

Menulislah setiap hari secara konsisten merupakan nasihat yang tak terlewatkan dari para penulis. Tetapi, konsistensi dan istiqamah meluangkan waktu untuk menulis setiap harinya adalah problem yang tidak kalah sulitnya. Ada saja alasan dan aktifitas yang datang menguji lalu mengalahkan niat untuk memulai menulis. Terkadang inspirasi dan ide sudah ada dan kebetulan kesempatan menulis pun tersedia, akan tetapi selalu saja ide-ide itu tidak pernah menjadi tulisan yang untuh. Biasanya di tengah-tengah tulisan, kehilangan kata serta gagasan untuk mengakhiri tulisan. Sehingga cukup banyak tulisan saya yang hanya ada judul lalu ide awal dalam beberapa paragraf tanpa ada akhir.

Ketika memiliki kesempatan untuk melanjutkan studi S2, dengan semangat yang tidak memudar, saya mulai membenahi blog yang tak terurus. Semua hasil tulisan berupa makalah dan tugas saya masukkan blog. Begitu pula tulisan-tulisan refleksi selama perkuliyahan seperti, Beyond the Imagination, Satu Jam di Kelas Profesor, dan dalam proses,  Satu Jam Bersama Busyro Muqaddas. Mulai pula saya mencoba menulis dan memasukkan tulisan ke media lokal maupun nasional di kolam-kolom seputar pendidikan. Seperti majalah Suara Muhammadiyah (SM), Suara Merdeka (SM), Republika dan majalah Ummi. Menyoal pendidikan karakter, Pendidikan Karakter yang Dikotomik, UN Vs Multiple Intelligence, 10 menit saja, adalah beberapa dari tulisan yang saya kirimkan.  Alhamdulillah dari sekian tulisan yang saya posting semuanya tidak mendapat jawaban. Hem, ujian bagi pemula.

C.     Alhamdulillah tembus juga

Di tengah perkuliyahan, Kaprodi program pasca sarjana UMY kebetulan menunjuk saya sebagai wakil MSI mengikuti konfrensi Internasional  bersama dosen dan mahasiswa Khon Kaen University (KKU) dari Thailand. Sebagai pembicara diwajibkan untuk membuat paper hasil penelitian dalam bahasa Inggris. Selama dua minggu, tanpa menggeser mata dari monitor, sebuah peper terlahir dengan judul Character Education in Islamic Character Perspective and Islamic Education Values in The Land of Five Tower’s Novel. Penelitian saya membedah karya sastra karya A. Fuadi. Sebelum acara dimulai, saya mendapatkan sebuah buku dengan cover The First Asian Postgraduate Research Conference, Improving Human Life,  berisi semua paper dosen dan mahasiswa termasuk paper saya. Alhamdulillah, sebuah kebanggaan melihat karya pertama saya berbentuk buku, meskipun hanya kumpulan tulisan dan dicetak terbatas dan tidak diperjual belikan. Sebuah awal yang baik.

Beberapa bulan kemudian, saya kembali mencoba menulis di majalah Ummi pada kolom ayah. Sebulan kemudian sebuah email menyunggingkan bibirku untuk terseyum penuh rasa. “Alhamdulillah, akhirnya tembus juga,” gumamku yang kemudian saya posting di FB. Ada sebuah kebanggaan dari sebuah pengakuan bahwa tulisanmu sudah layak dimuat. Honor Rp. 300.000 menjadi yang pertama dari tulisan pertamaku. Semangat menulis kembali menggebu saat ada SMS dari teman yang tinggal di Papua, bahwa meraka telah membaca tulisanku dan terinspirasi.

Namun, penyakit lama kambuh lagi. Kesibukan selalu menjadi alasan untuk tidak menulis lagi. Setelah itu tidak ada lagi tulisanku yang keluar, sampai kemudian saya tanpa sengaja di FB menemukan ajakan bergabung di sebuah komunitas/group kepenulisan yang kembali menggairahkan keinginan menjadi penulis. SAHABAT PENA adalah komunitasnya.

D.     Masih berjuangan
Nasihat Asma Nadia masih terus mengusik hidup saya sampai hari ini, menulis minimal satu buku selama hidup. Misi hidup yang harus terwujud sebelum ajal menjemput menjadi tekad dan resolusi setiap tahunnya. Terkadang saya merenung di depan puluhan koleksi buku di perpustakaan pribadi, ada buku bertuliskan namaku sebagai pengarangnya. Sebuah mimpi yang masih diperjuangkan.

Berdasarkan pengalaman dan perenungan menjadi manusia pembelajar dalam dunia tulis menulis, ada beberapa tips yang sangat membantu saya memecah kebuntuan menulis selama ini.
1.     Luruskan niat.
Kekuatan niat sangat menentukan kesuksesan memulai dan mengakhiri sebuah tulisan. Niat untuk tujuan yang mulia harus menjadi landasan dari sebuah tulisan, sementara efek materi hanyalah konsekuensi logis. 
2.    Gila membaca.
Membaca sangat membantu dalam menemukan ide dan gagasan. Membaca tulisan dari banyak penulis dapat memberikan banyak referensi, seperti gaya bahasa, karakter tulisan, yang cocok bisa kita contoh dan kreasi lagi. 
3.    Tulis saja, nanti dikoreksi.
Memulai menulis terkadang terkendala pada kaidah bahasa yang baik, dan ini momok yang selalu menghalangi kita untuk memulai. Sebaiknya –seperti yang saya praktikkan- lupakan EYD, tulis saja sampai selesai lalu biarkan sehari dua hari. Kemudian buka dan mulailah mengedit. In shaa Allah ini akan lebih baik daripada anda sibuk dengan tata bahasa sejak awal. 
4.   Membaca biografi.
Salah satu hobi saya adalah membaca biografi penulis buku sebelum membaca bukunya. Riwayat pendidikan, karya-karya dan kesuksen mereka selalu menjadi charger semangat untuk menulis dan berkarya. 
5.    Menulis dari hal-hal yang ringan.
Membaca fenomena sosial, atau pun kejadian-kejadian yang unik disekitar kita terkadang bisa menjadi ide sebuah tulisan. Perjuangan saya dalam membuat paper yang kemudian dicetak menjadi buku melahirkan tulisan sederhana, “Beyond the Imagination”, begitu pula suasana perkulihan bersama Prof. Suharsimi Arikunto melahirkan tulisan, “Satu Jam di Kelas Profesor.” Saat mengikuti seminar anti korupsi lahir tulisan, Satu Jam bersama Busyro Muqaddas”, dll.
6.   Membuat blog.
Blog adalah tempat melampiaskan semua tulisan yang saya buat, baik itu hasil makalah dan tugas maupun refleksi dan pengalaman pribadi. Membuat blog dan fasilitas blog-blog gratis untuk saat ini bukan sesuatu yang sulit.
7.    Bergabung dengan grup/komunitas penulis.
Dan hal yang tidak kalah pentingnya adalah bergabung dengan komunitas-komunitas kepenulisan. Melihat meraka yang telah melahirkan banyak karya tulis mampu menjadi cambuk diri sendiri. Sangat benar sabda Nabi, agar kita mencari sahabat penjual minyak wangi. 
8.   Memaksa diri.
Sesungguhnya kesuksesan dan keberhasilan pada akhirnya akan kembali pada diri masing-masing setiap individu. Man jadda wajada, hanya mereka yang bersungguh-sungguh yang akan mencicipi nikmatnya kesuksesan.
Demikian tulisan sederhana semoga menjadi inspirasi bagi kita semua khususnya bagi pemula –seperti saya, sarjana yang kepingin menulis- yang berkeinginan terjun dalam dunia tulis menulis. Wallahualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar