Siapa
yang tidak kenal denga Busyro Muqaddas (BM), nama yang akrab dengan
pemberantasan korupsi yang pernah memimpin KPK menggantikan Antasari. Setelah
menyelesaikan masa tugasnya sebagai ketua KPK pada tahun 2014, beliau kembali
kehabitatnya sebagai warga Muhammadiyah yang berkelana dari satu mejelis ilmu
ke majelis yang lainnya.
Mendapatkan
amanah dari institusi untuk menghadiri seminar (pengajian) yang diadakan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Magelang bersama Busyro Muqaddas tidak saya sia-siakan.
Banyak hal yang menarik dari sosok mantan ketua KPK ini, mulai dari rekam
jejak, kejujuran, konsistensi dalam pemberantasan korupsi sampai kesedarhanaan
beliau menjalani kehidupan kesehariaan.
Setelah
menunggu, akhirnya beliau tiba dan menempati panggung yang sudah disediakan.
Meskipun bukan pertama kalinya berjumpa, bahkan hampir tiap hari muncul di
layar TV namun, pancaran wajah yang teduh dan fisik yang bugar menunjukkan
sosok negarawan yang telah selesai dengan dirinya. Mati sebelum mati.
Saat
pembawa acara memulai, “Hadirin... telah berada di tengah kita bapak Busyro,
dan hari ini pengajian kita penuh, tidak seperti biasanya, sampai-sampai banyak
yang tidak mendapatkan kursi, entah ruangannya yang sempit atau karena
pematerinya”, disambut geerrr dari peserta. Namun, ekspresi beliau dingin dan
hanya sedikit tersungging. “wah pendiam, seriusan nih orang”, gumamku
menerka.
Kesan
serius hilang begitu saja saat beliau telah memulai pembicaraan. “saya akan
berbagi pengalaman dengan bapak/ibu sekalian saat di KY, kemudian KPK dan
menjadi ketua KPK, mudah-mudahan tidak berakhir di “Bagas Krim””, kembali lagi
ruangan riuh. BM memulai pengalamannya sebagai kader Muhammadiyah, sejak kecil
sudah mengeyam pendidikan di Muhammadiyah, aktif di IPM dan pernah menjabat
pimpinan Ranting Muhammadiyah di Jogjakarta. “Gini-Gini pernah jadi
Pimpinan Ranting Muhammadiyah loh...” candanya yang membuat ruang riuh
untuk kesekian kalinya. Pemaparan belaiu tentang pengalamannya melihat
kebesaran Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia, setidaknya mampu
membuat kadar-kader muhammadiyah dalam ruang membuncah dadanya. “Sesungguhnya
ciri-ciri orang Muhammadiyah itu pekerja keras dan nekat” tegasnya.
Ada
beberapa poin yang setidaknya dapat disimpulkan dari kajian beliau yang
berkaitan dengan korupsi. Pertama, bagaimana korupsi terjadi di lingkaran
pejabat, pemilihan kepala daerah sangat rentang ditunggangi oleh
pemilik-pemilik modal yang memiliki kepentingan besar dalam kebijakan-kebija,
an pemerintah, jual beli pasal terjadi. Politik balas budi tidak bisa
dihindari. Kedua, berkaitan kriminalisasi yang menimpa KPK, bahkan beliau sendiri
sudah dilaporkan oleh jaksa yang pernah ditangani KPK. Ancaman-ancaman baik
secara lisan maupun melalui pesan singkat sudah menjadi makan tiap hari bagi
beliau, bahkan kata-kata a****g pun sudah biasa ia dapatkan.
Diakhir
orasi, beliau mengajak segenap civitas akademika Universitas Muhammadiyah
Magelang ikut serta memantau pengelolaan dana di pemerintahan daerah, sebagai
bentuk jihad konstitusi Muhammadiyah.
Diakhir
sesion, kesempatan bertanya tak saya sia-siakan, kesempatan yang berharga yang
mungkin tidak datang dua kali. “Saya Syahrul, utusan dari SMP Muhammadiyah 2
Sawangan”, ucapku memperkenalkan diri dan memulai pertanyaan. “Terimakasih
banyak pak, telah datang ke daerah kami, saya pribadi sangat berbangga diri
bisa bertemu langsung dengan bapak secara langsung.” Ada tiga pertayaan yang
saya coba elaborasi lebih jauh. Pertama, bahwa sesungguhnya memberantas korupsi
tidak pernah berdiri sendiri. Sistem perpolitikan kita memang sangat membuka
peluang untuk korupsi. Maka akan sangat absurd meberantas korupsi tanpa ada
keinginan mengubah sistem. Dengan sistem yang seperti ini, yang memiliki
uanglah yang memiliki power, bagaimana Muhammadiyah mendorong
orang-orang “tidak punya duit” tapi memiliki integritas yang baik bisa diberi
kesempatan menjadi pelayan rakyat di eksekutif?
Kedua,
tentang kriminalisasi KPK yang selalu disanggah pihak kepolisian. Pada awalnya,
seolah-olah KPK memang dikriminalisasikan, namun setelah BG memenangkan pra
pradilan dan integritas ketua KPK yang tersangkut politik, mau tidak meu
menggiring opini publik untuk mengatakan ada yang salah dengan KPK, atau benar
yang mengatakan bahwa KPK tidak profesional dalam menangani kasus penangkapan
koruptor. Bagaimana bapak melihat kasus ini?
Ketiga, memiliki jabatan penting berarti menghadapi
godaan yang tidak ringan. Kalau boleh bisakan bapak memberikan tips kepada kami
bagaimana menghadapi godaan Harta, Tahta, dan Wanita?
Secara
umum beliau setuju bahwa orang-orang baik harus didukung untuk maju dengan
promosi. Namu orang yang jujur harus
mampu mempengaruhi lingkungannya, tidak hanya menjadi kejujuran pribadi. Beliau
menutup kuliahnya dengan mengutip al-Qur’an sekaligus menjawab pertayaan
terakhir dalam menanklukkan 3 T.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar