Assalamualaikum Warahmatullahai Wabarakatuh

Sabtu, 28 Maret 2015

Satu Jam Bersama Busyro Muqaddas



Siapa yang tidak kenal denga Busyro Muqaddas (BM), nama yang akrab dengan pemberantasan korupsi yang pernah memimpin KPK menggantikan Antasari. Setelah menyelesaikan masa tugasnya sebagai ketua KPK pada tahun 2014, beliau kembali kehabitatnya sebagai warga Muhammadiyah yang berkelana dari satu mejelis ilmu ke majelis yang lainnya.

Mendapatkan amanah dari institusi untuk menghadiri seminar (pengajian) yang diadakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Magelang bersama Busyro Muqaddas tidak saya sia-siakan. Banyak hal yang menarik dari sosok mantan ketua KPK ini, mulai dari rekam jejak, kejujuran, konsistensi dalam pemberantasan korupsi sampai kesedarhanaan beliau menjalani kehidupan kesehariaan.
Setelah menunggu, akhirnya beliau tiba dan menempati panggung yang sudah disediakan. Meskipun bukan pertama kalinya berjumpa, bahkan hampir tiap hari muncul di layar TV namun, pancaran wajah yang teduh dan fisik yang bugar menunjukkan sosok negarawan yang telah selesai dengan dirinya. Mati sebelum mati.
Saat pembawa acara memulai, “Hadirin... telah berada di tengah kita bapak Busyro, dan hari ini pengajian kita penuh, tidak seperti biasanya, sampai-sampai banyak yang tidak mendapatkan kursi, entah ruangannya yang sempit atau karena pematerinya”, disambut geerrr dari peserta. Namun, ekspresi beliau dingin dan hanya sedikit tersungging. “wah pendiam, seriusan nih orang”, gumamku menerka.
Kesan serius hilang begitu saja saat beliau telah memulai pembicaraan. “saya akan berbagi pengalaman dengan bapak/ibu sekalian saat di KY, kemudian KPK dan menjadi ketua KPK, mudah-mudahan tidak berakhir di “Bagas Krim””, kembali lagi ruangan riuh. BM memulai pengalamannya sebagai kader Muhammadiyah, sejak kecil sudah mengeyam pendidikan di Muhammadiyah, aktif di IPM dan pernah menjabat pimpinan Ranting Muhammadiyah di Jogjakarta. “Gini-Gini pernah jadi Pimpinan Ranting Muhammadiyah loh...” candanya yang membuat ruang riuh untuk kesekian kalinya. Pemaparan belaiu tentang pengalamannya melihat kebesaran Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia, setidaknya mampu membuat kadar-kader muhammadiyah dalam ruang membuncah dadanya. “Sesungguhnya ciri-ciri orang Muhammadiyah itu pekerja keras dan nekat” tegasnya.
Ada beberapa poin yang setidaknya dapat disimpulkan dari kajian beliau yang berkaitan dengan korupsi. Pertama, bagaimana korupsi terjadi di lingkaran pejabat, pemilihan kepala daerah sangat rentang ditunggangi oleh pemilik-pemilik modal yang memiliki kepentingan besar dalam kebijakan-kebija, an pemerintah, jual beli pasal terjadi. Politik balas budi tidak bisa dihindari. Kedua, berkaitan kriminalisasi yang menimpa KPK, bahkan beliau sendiri sudah dilaporkan oleh jaksa yang pernah ditangani KPK. Ancaman-ancaman baik secara lisan maupun melalui pesan singkat sudah menjadi makan tiap hari bagi beliau, bahkan kata-kata a****g pun sudah biasa ia dapatkan.
Diakhir orasi, beliau mengajak segenap civitas akademika Universitas Muhammadiyah Magelang ikut serta memantau pengelolaan dana di pemerintahan daerah, sebagai bentuk jihad konstitusi Muhammadiyah.
Diakhir sesion, kesempatan bertanya tak saya sia-siakan, kesempatan yang berharga yang mungkin tidak datang dua kali. “Saya Syahrul, utusan dari SMP Muhammadiyah 2 Sawangan”, ucapku memperkenalkan diri dan memulai pertanyaan. “Terimakasih banyak pak, telah datang ke daerah kami, saya pribadi sangat berbangga diri bisa bertemu langsung dengan bapak secara langsung.” Ada tiga pertayaan yang saya coba elaborasi lebih jauh. Pertama, bahwa sesungguhnya memberantas korupsi tidak pernah berdiri sendiri. Sistem perpolitikan kita memang sangat membuka peluang untuk korupsi. Maka akan sangat absurd meberantas korupsi tanpa ada keinginan mengubah sistem. Dengan sistem yang seperti ini, yang memiliki uanglah yang memiliki power, bagaimana Muhammadiyah mendorong orang-orang “tidak punya duit” tapi memiliki integritas yang baik bisa diberi kesempatan menjadi pelayan rakyat di eksekutif?
Kedua, tentang kriminalisasi KPK yang selalu disanggah pihak kepolisian. Pada awalnya, seolah-olah KPK memang dikriminalisasikan, namun setelah BG memenangkan pra pradilan dan integritas ketua KPK yang tersangkut politik, mau tidak meu menggiring opini publik untuk mengatakan ada yang salah dengan KPK, atau benar yang mengatakan bahwa KPK tidak profesional dalam menangani kasus penangkapan koruptor. Bagaimana bapak melihat kasus ini?
Ketiga,  memiliki jabatan penting berarti menghadapi godaan yang tidak ringan. Kalau boleh bisakan bapak memberikan tips kepada kami bagaimana menghadapi godaan Harta, Tahta, dan Wanita?
Secara umum beliau setuju bahwa orang-orang baik harus didukung untuk maju dengan promosi. Namu  orang yang jujur harus mampu mempengaruhi lingkungannya, tidak hanya menjadi kejujuran pribadi. Beliau menutup kuliahnya dengan mengutip al-Qur’an sekaligus menjawab pertayaan terakhir dalam menanklukkan 3 T.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar